Sebenernya sekarang saya lagi liburan semester, tepatnya dimulai dari akhir Mei hingga September nanti. Cuma sekarang saya gak bisa benar-benar libur karena banyak sekali yang harus dikerjakan. Iya, saya mengikuti event kampus yang cukup besar dan krusial sih jadi memang acaranya padat banget sampai-sampai gak ada waktu untuk sekadar santai. Sebenarnya ada, tapi pikiran tetap aja ada beban dan gak tenang. Gausah disebutin lah ya eventnya apa. Apesnya lagi, acara ini selesai di bulan September alias saya benar-benar gak libur!
Saya gak tau apakah saya gak menikmati semua proses ini atau bagaimana, tapi rasanya gak sampai hati mau mengakui. Tapi kalo gak ngaku, hati mana yang bisa bohong, yang paling tahu nyaman atau engganya kan memang cuma diri sendiri. Apalagi keadaan yang serba daring ini membuat semuanya berubah jadi superr gak nyaman, khususnya kalau ada rapat atau pertemuan.
Sebenernya kerap muncul di kepala saya tentang pertanyaan apasih makna keluar dari zona nyaman? Apakah keluar dari zona nyaman selalu baik untuk dilakukan? Kenapa kita harus keluar dari zona yang telah membuat kita nyaman, bukankah dalam hidup ini kenyamanan adalah salah satu hal yang kita cari? Lantas kenapa kita harus keluar dari zona nyaman hanya untuk “menchallange diri” supaya semakin berkembang? Apa gak bisa kita mengembangkan diri di zona yang nyaman bagi diri sendiri? Kenapaa?? Pertanyaan pertanyaan itu yang selalu mengganggu pikiran saya akhir-akhir ini. Saya benar-benar gak ngerti kenapa orang-orang gemar sekali berkata keluarlah dari zona nyaman seolah-olah kenyamanan merupakan hal yang salah.
Balik lagi ke masalah event yang sedang saya ikuti. Sedari awal saya memang memiliki keraguan yang cukup besar untuk mendaftar menjadi panitia, bahkan pada akhirnya saya mendaftar pada saat perpanjangan waktu pendaftaran. Lucunya, saat itu saya meyakini bahwa itu benar-benar jalan Tuhan. Melihat keterlibatan saya sekarang membuat saya berubah prasangka, jangan-jangan kemaren Tuhan lagi bercandain saya ya. Soalnya saya benar-benar gak dapet apa-apa selain ketidaknyaman. mungkin ada sih, cuma ketutup sama beban pikiran saya sendiri.
Sebenarnya saya gak mau sambat, tapi gimana ya? Hati udah benar-benar gak enak dan salah satu cara supaya saya dapat tetap waras adalah dengan mengeluarkan perasaan gak enak yang saya rasakan. Secara fisik saya oke banget gak ada masalah, jam tidur juga gak keganggu. Tapi itu semua percuma ketika psikis yang diserang, perasaan dan pikiran yang selalu dihantui rasa tidak nyaman. Dan itu menderitanya lebih dari kelelahan secara fisik. Tuhannn, kalau bukan karena Engkau yang memberi saya kekuatan dan kesabaran mungkin dari kemarin saya udah kabur dari tanggung jawab.
Jujur saya hampir putus asa dengan pelajaran baik yang mau Tuhan kasih ke saya lewat keadaan ini. Rasanya semua ini kelam, suram, hitam, dan negatif semua. Tapi untungnya baru ‘hampir’, saya masih menunggu kejutan indah yang akan muncul di depan nanti. Semogaa beneran ada.