Hari ini aku berkesempatan bertemu kembali dengan kawan dekat setelah kurang lebih sepuluh bulan tidak dapat bertemu. Rasanya masih senyaman biasanya, membuat kami tak sadar bahwa waktu melaju dengan begitu cepat.
Waktu berjalan tuh emang ga kerasa ya, tau-tau udah umur dua puluh tahun padahal kayaknya kemaren baru aja lulus SMA. Dengar cerita-cerita dari kawanku, lantas membuatku sadar bahwa kami sama-sama telah tumbuh dan berkembang, iya kehidupan kami. Yang dulu pas SMA kerjaannya berangkat sekolah, belajar, abis itu les persiapan sbmptn, sekarang udah sibuk ngejar target hidup masing-masing dengan fokus kuliah, ngerintis bisnis, magang buat ngicip dunia kerja, ngumpulin duit 100 juta, dan hal-hal produktif lainnya. Tentu saja aku amaze, kawan-kawan. Temen-temenku ternyata keren-keren! Aku bangga.
Biasanya kalo udah dibuat kagum sama pencapaian kawan-kawan lain, tahap selanjutnya adalah introspeksi diri sendiri dengan pertanyaan-pertanyaan semacam, “Aku udah ngapain ya?” “Kok gini-gini aja sih hidup?” “temen-temenku udah jauh banget di depan, sedangkan aku?”.. Jeng-jeng! Tahan dulu, jangan insecure. Aku senang dengan pencapaian mereka, itu sudah tentu. Berkali-kali “wow” keluar dari mulut ini ketika temanku menceritakan kisahnya maupun kisah kawan-kawan lain. Bukan bokis, tapi beneran bikin aku amaze yorobuun! Kacau lahh, mereka melangkah kejauhan atau aku yang kelambatan sih? kok rasanya diri ini geraknya seuprit-uprit, hahaha. Sekali lagi, aku beneran bangga sama mereka. Gimana engga? dulu di SMA yang dikerjain ga jauh beda; dengerin guru ngajar di kelas, jam istirahat ke kantin buat beli tempe geprek Lek Yati, abis itu belajar lagi, terus pulang. Udah. Ya, gitu-gitu ajaa sob. Tapi sekarang… gokil dah pokoknya, aku yakin masa depan mereka cerah semua. Semoga aku juga hehehe.
Setelah update kabar dan kegiatan, pada pertengahan obrolan, kawanku bercerita bagaimana ia keluar dari masa kelamnya. Begini kurang lebih ia berkata, “Ketika aku terpuruk dunia benar-benar gelap, El. Rasanya engga ada yang bisa bikin aku semangat, ga jarang aku nangis. Aku liat dia bersinar, sedangkan aku? aku liat dia punya banyak teman, sedangkan aku? Aku sedih. Tapi setelah melalui waktu yang cukup panjang dengan berefleksi, aku menyadari satu hal bahwa…
“Kita adalah apa yang kita pikirkan. Kalo kita berpikir baik tentang diri kita, tentang hidup kita, pasti semesta bakalan mengirim hal-hal baik pula ke kehidupan kita. Energi baik akan ikut ketarik mendekati kita dan satu-satu apa yang kita mau akan nemu jalannya.”
Mulai saat itu aku mencoba untuk berbaik hati pada diri sendiri dengan cara memikirkan sesuatu yang baik tentang diri sendiri dan membuang pikiran buruk, melakukan hal yang membuatku senang– sesederhana menyiram tanaman misalnya, atau membaca buku dan menonton film favorit. Ketika aku berhasil berdamai dengan diri sendiri, saat itulah aku mulai melangkah lagi. Dan, ya.. sekarang aku bersyukur, karena ternyata duniaku bisa bersinar juga.”
Sepanjang dengerin dia cerita, bibirku gabisa berenti tersenyum. Aku setuju banget sama apa kata dia, bahwa pada akhirnya segala hal yang datang ke hidup kita tergantung apa yang kita pikirkan. Cari hal-hal yang diri sukai, kenali lebih dalam diri sendiri, cari tau sebenarnya tujuan hidup ini ngapain sih? Seperti apa hidup yang kita harepin? Dan yang paling penting, apa sih hal-hal yang bisa bikin kita seneng? Ketika kita tau apa yang bisa bikin kita seneng, maka proses selanjutnya adalah lakuin. IYA, LAKUIN AJA. Asal positif dan ga merugikan orang lain ya lakuin. Kebahagiaan kita itu nomor satu loh ya, jangan lupa. Lagi pula bikin bahagia diri sendiri itu artinya kita berbaik hati sama diri sendiri, kan? Dari sanalah pikiran-pikiran baik akan terbentuk dan kemudian hal-hal baik akan mengikuti. Terimakasih, Fif! Aku berdoa supaya waktu yang akan datang selalu baik dan bahagia, semoga semoga semoga. Amiiin. Sekian, selamat malam. Mimpi indah, semuanya! babai~